Wednesday, August 19, 2009

Marinir Asing Ikut Upacara Di Bawah Laut

Upacara peringatan detik-detik Proklamasi Ke-64 tahun Republik Indonesia di bawah laut Pantai Malalayang, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), diikuti marinir asing dari Australia, Inggris dan Filipina.

“Kami datang sekitar 200 orang menggunakan kapal perang, 10 orang diikutkan menyelam untuk mendukung pelaksanaan upacara tersebut, “kata salah satu marinir dari Australia, Nick Lay, Senin di Pantai Malalayang. Lay mengatakan, dalam penyelaman tersebut mereka menggunakan seragam untuk menyesuaikan kondisi upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kegiatan tersebut sangat luar biasa, kata Lay, sambil menambahkan, senang bisa datang di Manado sebuah kota yang indah, dan ikut dalam upacara di bawah air adalah sebuah kejutan.

Selain marinir asing, peserta upacara itu juga diikuti mahasiswa dari Manado dan seluruh club selam di Nusantara serta Angkatan laut (AL), Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), Kepolisian Republik Indonesia, maupun masyarakat umum. Disamping itu terdapat tamu lainnya yang mengikuti upacara dari kapal dan panggung kehormatan di tepi pantai Selesai upacara, juri internasional dari Guinnes World of Record, Lucia Sinigagliesi, mengucapkan selamat karena upacara tersebut berhasil. ”Apa yang dilakukan dalam acara tersebut adalah yang terbesar dan terbanyak jumlah pesertanya, maka akan tercatat dalam buku Guinnes World of Record, “kata Lucia.

Diikuti 2.827 Peserta

Sebanyak 2.827 orang ikut serta dalam pemecahan rekor dunia upacara bawah air di Pantai Malalayang, Manado, Senin, dalam rangka peringatan detik-detik proklamasi HUT Kemerdekaan RI ke 64.

“Selain peserta ada juga tujuh pejabat upacara dan 19 tim setting area, di bawah air Pantai Malalayang,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul di Manado Senin.

Sitompul menjelaskan para peserta itu terdiri atas 2.700 penyelam lokal, penyelam VIP dan 76 partisipan dari mancanegara.

Dalam upacara tersebut bertindak sebagai inspektur upacara adalah Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Madya TNI Moekhlas Sidik, dan komandan upacara Kadispenal, Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul.

Pantauan ANTARA di pantai Malalayang, sejak pagi sekitar pukul 06.00 Wita, jalan raya trans Sulawesi antara terminal dan batas kota Manado dan Minahasa yaitu Gerbang Boboca sudah ditutup, dan arus kendaraan ditutup, kata Sitompul.

Arus lalulintas yang melintasi jalan raya tersebut juga dialihkan, dari Kalasey ke Manado dan dari Minahasa Selatan ke Manado dialihkan sekitar 6 jam, dan sama sekali tak boleh melintasi jalan tersebut.

“Terpaksa saya harus jalan kaki, karena jalan ditutup, padahal kantornya ada di Manado dan untuk ke tempat kerja harus naik angkot jurusan pusat kota, jadi suka tak suka saya jalan kaki, supaya jangan terlambat ikut upacara bendera,” kata salah satu pegawai negeri Sipil (PNS) yang tinggal di Kalasey, Minahasa bernama Vera.

Selain PNS sejumlah siswa SD dan SMP dan SMA yang bersekolah di Manado juga jalan kaki sejauh 800 meter, untuk sampai ke terminal supaya bisa naik angkot ke sekolahnya untuk mengikuti upacara bendera peringatan detik-detik proklamasi.

No comments:

Post a Comment