Monday, August 10, 2009

KSAL Luncurkan Buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana

JAKARTA (Suara Karya): Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, meluncurkan buku 50 Tahun Pengabdian Hiu Kencana, di Jakarta, Senin (10/8). Ini menandai setengah abad terbentuknya satuan kapal selam TNI Angkatan Laut setengah abad lalu.

Satuan Kapal Selam TNI AL dibentuk pada 12 September 1959, saat dua kapal selam pertama kelas Whiskey buatan Uni Sovyet yang kemudian dikukuhkan sebagai RI Tjakra S-01 dan RI Nanggala S-02, resmi memperkuat jajaran Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Lima tahun berikutnya, pemerintah membeli kapal selam dari jenis yang sama, hingga berjumlah 12 unit yang menjadikan ALRI sebagai negara dengan jumlah kapal selam terbesar di Asia saat itu.

Peran satuan kapal selam sangat siginifikan dalam Operasi Trikora melawan Belanda di Irian Barat, dan Operasi Dwikora (konfrontasi melawan Malaysia). Kapal selam dalam operasi tersebut, memberikan dampak penangkalan luar biasa terhadap negara-negara yang menjadi lawan Indonesia.

Belanda yang mempertahankan pasukannya di Irian Jaya terpaksa menghitung kembali kekuatannya jika harus bertempur dengan ALRI. Dalam Operasi Dwikora melawan Malaysia yang didukung negara-negara Barat, terpaksa harus memadukan kekuatan tempurnya menghadapi Indonesia.

Sedangkan dalam Operasi Seroja, satuan kapal selam bertugas menjaga perairan Timor dari infiltrasi asing. Terutama, di perairan laut yang berbatasan dengan Australia.

Naikkan Posisi Tawar

Terkait dengan hal tersebut, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, keberadaan kapal selam tidak sekadar untuk bertempur, tetapi untuk menaikkan posisi tawar terhadap negara lain.

"Dengan memiliki kapal selam, kita tidak saja bisa memenangkan pertempuran tetapi lebih penting lagi posisi tawar kita terhadap negara lain akibat daya tangkal yang ditimbulkan kapal selam sebagai alat tempur strategis," ujarnya.

Untuk itu, kapal selam yang akan dimiliki Indonesia ke depan minimal memiliki daya tempur dengan spesifikasi yang sama dengan negara-negara lain.

"Dengan begitu, posisi tawar kita akan sama. Orang kalau lihat Indonesia tidak lagi sebelah mata," katanya menegaskan.

Meski pun TNI AL mengharapkan secepat mungkin mendapat tambahan dua kapal selam baru, namun hingga saat ini rencana tersebut masah digodok Departemen Pertahanan (Dephan). Diperkirakan, sekitar tiga setengah tahun lagi baru akan mendapat tambahan kapal selam tersebut.

Sudah ada beberapa negara yang menawarkan kepada Indonesia, antara lain Rusia jenis Kelas Kilo, Korea Selatan (Changbogo), Perancis (Scorpen). Namun, nampaknya Indonesia cenderung akan membeli dari Rusia, karena beberapa waktu yang lalu Dephan pernah menjajaki untuk membeli beberapa jenis persenjataan dari Rusia.

No comments:

Post a Comment